Minggu, 05 Mei 2013

Pengelolaan Sawah di Bengkulu Perlu Dukungan BUMN

Anggota Komisi IV DPR RI, Dewi Coryati bersama Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu melakukan kunjungan ke beberapa wilayah pertanian di Bengkulu (5/13). Salah satu persoalan yang saat ini mendapat sorotan khusus dari Dewi Coryati adalah pentingnya intensifikasi dan ekstensifikasi (perluasan) lahan pertanian. 

Seperti diketahui, Kementerian BUMN akan mengarahkan BUMN untuk membantu pengelolaan sawah seluas 1.600 hektare atau 2.000 hektare di Bengkulu.Menteri BUMN Dahlan Iskan menyebutkan BUMN yang akan diarahkan untuk membantu pengelolaan sawah itu a.l PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), PT Sang Hyang Sri.

Sementara itu, Gubernur Bengkulu meminta agar BUMN membantu pengelolaan sawah di Bengkulu dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan.

“Nantinya akan bentuk konsorsium, bisa saja Sang Hyang Sri, Pusri, dan lainnya. Tetapi mungkin kami harapkan Pusri yang akan menjadi leadernya,” ujarnya, Sabtu (4/5)

Dia mengusulkan lahan yang dimiliki oleh petani di Bengkulu diserahkan kepada BUMN untuk pengelolaannya agar dapat ditangani secara korporasi. Nantinya, petani tersebut akan mendapatkan hasil minimal 4 ton per hektar dan tambahan upah jika mereka bekerja di sawah tersebut

“Kami memproklamasikan pertanian berbasis korporasi. Karena ini sawahnya telah dimiliki petani, saya usulkan agar petani serahkan pengelolaan sawah ke BUMN. Tapi syaratnya semua petani harus sepakat, jangan ada yang tidak sepakat. Kalau ada yang tidak sepakat, nanti bisa dipikirkan lagi cara lainnya [untuk membantu pengelolaan sawah],” jelasnya.

Diolah dari berbagai sumber

Ibu-Ibu Desa Gedung Sako Tanjung Besar

Anggota DPR RI, Dewi Coryati mengunjungi Ibu-Ibu di Tanjung Besar.  Tanjung Besar adalah salah satu desa di KecamatanKaur Selatan, Kabupaten Kaur, Bengkulu, Indonesia. Anyway, di seluruh dunia, perempuan desa sekurang-kurangnya 1.6 billion — yaitu lebih daripada 25% atas jumlah penduduk dunia. Oleh karena peran perempuan desa sangat penting, tiap 15 Oktober adalah World Rural Women’s Day. (Silakan lihat http://www.rural-womens-day.org/).

Menurut statistik Food and Agriculture Organization of the United Nations, di Indonesia, jumlah penduduk perempuan di desa lebih banyak daripada jumlah lelaki di desa. Peran perempuan desa dalam ekonomi agaria tidak kurang penting daripada peran lelaki di desa. (Silakan lihat http://www.fao.org/docrep/007/ad520e/ad520e00.htm). Jadi, sepatutnya, perempuan desa dianggap sebagai warganegara setara dengan lelaki. Mereka bukan warganegara kelas bawah.

Bersama Ibu-Ibu dari Aisyiah Kedurang Bengkulu


Banyak hal yang terungkap saat saya bertemu dengan Ibu-Ibu Aisyiah Kedurang. Ini mengingatkan saya pada sejarah berdirinya organisasi Aisyiah, yang dipelopori oleh pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan.
 
Sejak mendirikan Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap wanita. Untuk pertama anak-anak wanita yang benar-benar mendapat pengemblengan dan dipersiapkan supaya nanti dapat dijadikan pengurus dalam wanitanya Muhammadiyah, ada enam orang, yaitu :

1. Siti Bariyah
2. Siti Dawimah
3. Siti Dalalah
4. Siti Busyro (puteri beliau sendiri)
5. Siti Wadingah
6. Siti Badilah Zuber

Meskipun mereka masih anak-anak yang paling tinggi usianya baru 15 tahun tetapi mereka sudah diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan.

Sebelum `Aisyiyah secara kongkret terbentuk, sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-anak yang senang berkumpul kemudian diberi bimbingan oleh KH.Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama. Kelompok anak-anak ini belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-anak yang diberi pengajian.

Disamping para gadis, orang-orang wanita yang sudah tuapun menjadi perhatian beliau. Karena ajaran dalam agama Islam tidak diperkenankan mengabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak, Nyai Dahlan bersama-sama KH Ahmad Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya terdiri dari para gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua.

Dalam perkembangannya kelompok pengajian wanita itu diberi nama SAPA TRESNA. Sapa Tresna ini belum berupa organisasi, tetapi hanya suatu gerakan pengajian saja. Maka untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu perkumpulan, KH Mokhtar mengadakan pertemuan dengan KH Ahmad Dahlan yang juga dihadiri oleh KH Fachruddin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan.

Waktu memberikan nama perkumpulan itu diusulkan nama FATIMAH, tetapi nama itu tidak diterima rapat. Kemudian oleh KH Fahrodin dicetuskan nama `AISYIYAH. Rupa-rupanya nama inilah yang paling tepat sebagai organisasi wanita baru itu. Mengapa nama Aisyiyah itu dipandang tepat, karena diharapkan perjuangan perkumpulan itu meniru perjuangan `Aisyah isteri Nabi Muhammad SAW yang selalu membantu berdakwah. Setelah secara aklamasi perkumpulan itu diberi nama `Aisyiyah, kemudian diadakan upacara peresmian.

Upacara peresmian itu waktunya bersama-sama dengan peringatan isro` mi`roj Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab 1335 H yang bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 M yang diadakan oleh Muhammadiyah untuk yang pertama kalinya. Tempat duduk murid-murid yang wanita dan kaum ibu dipisahkan dengan kelambu berwarna merah jambu. Adapun yang bertindak sebagai pembuka kelambu pada upacara itu ialah KH Mokhtar.

Susunan pengurus `Aisyiyah hasil kesepakatan dalam pembentukan telah ditetapkan sebagai berikut :
Siti Bariyah, ketua
Siti Badilah, Penulis
Siti Aminah Harowi, Bendahari
Ny. H. Abdullah, Pembantu
Ny. Fatimah Wasool, Pembantu
Siti Dalalah, Pembantu
Siti Wadingah. Pembantu
Siti Dawimah, Pembantu
Siti Busyro, Pembantu

Selanjutnya KH Mokhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KH Ahmad Dahlan.

Setelah pengurus `Aisyiyah secara resmi terbentuk. KH Ahmad Dahlan memberikan bekal perjuangan sebagai berikut :
a. Dengan keiklasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan kecakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela.
b. Penuh keinsyafan bahwa beramal itu harus berilmu
c. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan
d. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam
e. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code