Senin, 07 Oktober 2013

Surat Suara Untuk Simulasi Pemilu


Ini surat suara yang tim DCC gunakan dalam simulasi pemilu dalam Workshop Pengenalan Parlemen Untuk Pemula. Kalau kamu jadi peserta pemilunya, pilih siapa? Ayo jujur saja. Dalam teori komunikasi, 10 detik pertama, katanya menentukan. Nah, kalau melihat surat suara di atas. Pilih mana? Pilih yang good looking? Kalau pemilihnya pakai teori itu, pasti banyak yang minta difoto ulang.

Nah, memilih wakil kita di parlemen, tentu tak sama seperti memilih Indonesian Idol. Masa depan kita, ditentukan oleh mereka yang punya integritas, komitmen, kapasitas, dan visi. Maka semestinya pada merekalah harapan itu kita sematkan. Kalau berdasarkan kecantikan? Wah, beautiful only skin deep, bahasa Kaurnya. :)

Yuk, kenali track record wakil kita. Siapa dia, dari mana asalnya, apa kiprahnya selama ini di daerah kita. Sso, jangan beli kucing dalam karung. 



Kab. Kaur; Baju Satu Kering Di Badan :)

Maksudnya? Pasti itu yang terlintas di benakmu kan? Kalau ada yang berpikir, "... Seperti lagu dangdut", artinya mereka lahir di tahun 1970 atau 80-an, lah, jadi udah bukan pemuda. Tapi its ok, yang penting semangatnya pak. :) 

Baju Satu Kering Di Badan

Hari itu, 29 September 2013 di Kab Kaur. Hujan deras datang menemani pagi. Saya pun sempat ragu, dengan kondisi demikian, mungkinkah peserta akan datang? "Sudah jauh, hujan pula," pikir saya. Hmm, hujan kan ketetapan Tuhan. Dalam Al-Qur'an pun hujan selalu diidentikkan dengan keberkahan. Jadi, saya hanya bisa bersabar sembari berdoa dan berharap.

Tak disangka, satu, dua, empat, sepuluh, dan seterusnya hingga 100 orang lebih berdatangan dengan baju basah. Inilah generasi yang tak ingkar janji. Mereka tetap berjuang meski berbasah-basah ria. Bahkan ada salah seorang peserta yang terjatuh dari motor karena jalanan licin. Saya bahagia dan bangga.  Meski dengan pakaian basah, mereka tetap antusias mengikuti workshop. Ya, baju satu kering di badan. Nah, sudah pahamkan, kenapa judulnya seperti di atas. :)







Bengkulu Selatan; Sejarah I, Surat Suara

Ini pelatihan ke-3, setelah dua pelatihan sebelumnya di Kota Bengkulu. Kali ini, kami menggunakan Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkulu Selatan, sebuah tempat yang terbilang sederhana. Sebenarnya, jika dipelihara dengan baik, tempat ini bisa bernilai rupiah yang tinggi, jika disewakan. Tapi sudahlah, itu satu soal. Saya hanya berdoa serius, "Semoga tak hujan," Kini, tantangannya bagaimana menyulap kesederhanaan ini menjadi momentum yang memewahkan. Ya, mewah karena kesan yang mendalam.

Happy instrumental menyambut kedatangan satu per satu siswa SMA di Bengkulu Selatan. Sesi dimulai, tak banyak respon dari mereka. Wah, apa bahasanya terlalu tinggi ya? Hmm, ternyata hanya soal waktu. Pada saat sesi simulasi, ternyata antusian dan kreativitas siswa di sini tak kalah dengan mahasiswa di Kota Bengkulu. Alhamdulillah

Di Pelatihan inilah, kertas suara pemilihan, pertama kali kami gunakan. Sebuah ide spontan, yang hadir dengan H2C (Harap-harap cemas), karena printernya lamban. Tapi akhirnya semua bisa teratasi. Sesi pengnalan pemilu ini dijamin lebih Ok, dari sosialisasi ala KPU sekalipun. Kami mensimulasikan bukan soal teknis semata, tetapi strategi. "Anak-anakku, coba lihat siapa yang menang? Ini pelajaran. Biasanya di satu keluarga, kita berbagi dukungan untuk beberapa calon, supaya adil. Dampaknya, tak satupun terpilih. Seperti simulasi ini, yang menang adalah yang mendapat dukungan penuh dari kelompoknya plus dukungan dari orang-orang dari kelompok lain." Dengan dukungan yang terfokus, lebih memungkinkan untuk menghasilkan terpilihnya wakil yang kita inginkan.  Tentu, yang berintegritas, berkomitmen, dan berkapasitas.  










 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code