Sabtu, 25 Mei 2013

Yuk, Kenalan Dengan Parlemen

"Tolong fasilitator jelaskan sedikiiit aja, parlemen itu apa?" pinta Bambang, salah seorang peserta Workshop dalam sesi pemetaan persepsi. Lihat tu, huruf i-nya, saya tulis tiga kali lho, artinya ini permintaan yang tulus dan serius :)

Tapi, fasilitator cuma bilang, "Tulis aja apa menurut pendapatmu," Betul juga, kalau dijelaskan nanti persepsi awalnya jadi berubah. Padahal kami ingin mendapatkan persepsi tentang parlemen yang benar-benar genuine dari peserta.

"Parlemen? Ooo begitu.."

Setelah makan siang, sesi pengenalan parlemen pun dimulai. Biasa, abis makan siang enaknya apa? Tidur! Coba lihat gambar di atas. Hehe, ayo hitung berapa orang yang lengannya di dagu? Makanya, jam segini harus kreatif nih. Jam harimau bagi narasumber! Halo!"

Mana suaranya!
Masih ngantuk? Gak, kan? Nah, sekarang saatnya merefresh persepsi tentang parlemen. Ayo ingat kembali, kata-kata yang tertulis di metaplan. Secara umum, persepsi itu mewakili dua pandangan.

Yang pertama adalah Political Disaffection (Ketidakpuasan Politik)


  Yang kedua adalah Political Efficacy (Keberhasilan/Kepuasan Politik)

 

Coba ingat lagi, persepsi kalian pada parlemen pun tidak lepas dari dua pandangan di atas.

Nah, tak kenal maka tak sayang. Political disaffection bisa jadi disebabkan karena tak kenal. Untuk itulah, menjelaskan parlemen kepada publik, termasuk mahasiswa, menjadi penting. "Ssst, hati-hati Bu, jangan-jangan setelah kenal jadi benci?" Hmm, bukan benci, tapi gemes pengen memperbaiki. Hehe. Memang semangat itu yang harusnya ada, bukan?

Ok, apa saja yang perlu kita ketahui dari parlemen? Oya, beberapa materi yang tidak sempat saya sampaikan di workshop bisa teman-teman lihat di sini.

1. Unsur-Unsur Parlemen
2. Fungsi Parlemen
3. Perspektif Terhadap Konstituen
4. Perspektif Terhadap Anggota Parlemen
5. Supporting System Parlemen
6. Cara Berpartisipasi Ke Parlemen


Pertama, Unsur-Unsur Parlemen

Unsur parlemen terdiri dari Fraksi dan Alat Kelengkapan. Fraksi itu sebenarnya kepanjangan tangan dari partai politik. Fraksi apa saja yang saat ini ada di DPR? Silakan klik dpr.go.id. Penting gak sih fraksi itu? Ya, jika mengacu pada fungsinya yang mengawasi kinerja anggota fraksi tersebut, jelas keberadaannya sangat diperlukan. Ayo ada yang protes, tapi kan gak jalan? Ya, mungkin saja untuk sebagian fraksi. Nah, kalau tidak jalan fraksinya donk yang diperbaiki, bukan dibubarkan. Betul tidak?

Selain Fraksi, ada juga Alat Kelengkapan. Alat Kelengkapan itu istilah lain dari Badan, Departemen, Bagian atau Divisi. Tujuan pembentukan Alat Kelengkapan ini untuk melaksanakan fungsi DPR (Legislasi, Anggaran, dan Pengawasan), manajemen internal DPR (Mengelola agenda lembaga, seperti rapat-rapat), relasi kelembagaan, dan mengatur urusan rumah tangga DPR. Misalnya, soal rumah dinas, berapa kebutuhan tenaga ahli, dsb. 
 
Apa saja Alat Kelengkapan DPR? Berikut daftarnya:



Kedua, Fungsi Parlemen

Secara umum, ada tiga fungsi parlemen. Pertama, fungsi legislasi. Legislasi secara sederhana didefinisikan sebagai pembuatan undang-undang. Proses membentuk undang-undang ini dilakukan bersama DPR dan Pemerintah/Presiden, dan harus mendapatkan persetujuan bersama. Ada dua tingkat pembicaraan RUU. Yuk, simak penjelasan di bawah ini
 

Ada yang ingin tahu, secara lengkap? Silakan klik Proses pembuatan UU. Oya, menurut kamu apa undang-undang yang saat ini kamu butuhkan? "UU A, UU B, UU C, dll" Biasanya pada semangat menjawab kalau ditanya begitu. Teman-teman, UU tidak selalu menjadi solusi atas sebuah persoalan. Mungkin saja solusinya di anggaran, atau di pengawasan, atau justru tidak memerlukan solusi dalam bentuk kebijakan, tetapi hanya kearifan hidup bersama. Nah, untuk mengetahui apakah sebuah persoalan patut diselesaikan melalui UU, bisa kita lihat dalam dokumen yang disebut Naskah Akademik.

Kedua, fungsi anggaran, yaitu fungsi menyusun dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Negara bersama DPR dengan mempertimbangkan masukan DPD. Yang mau mendalami fungsi anggaran ini, silakan klik fungsi anggaran DPR RI

Ketiga, fungsi pengawasan kinerja pemerintah. Kalian pernah membaca di surat kabar, tentang Anggota DPR yang marah kepada pejabat pemerintah atau mengusir utusan pemerintah dalam sebuah rapat? Tampak mereka sangat berkuasa sekali, bukan? Ya, kondisi ini tentu berbeda dengan DPR zaman orde baru yang hanya dikenal dengan tukang tempel pemerintah. Itu sekilas aksi Anggota DPR dalam proses pengawasan.

Nah, pengawasan dimaksud adalah pengawasan terhadap pemerintah dalam menjalankan atau melaksanakan undang-undang. Fungsi pengawasan di DPR, dibebankan pada Komisi-Komisi, atau Panitia Khusus yang dibentuk untuk menyelidiki kasus tertentu. Komisi atau Panitia Khusus ini dapat memanggil pejabat tertentu guna mendapatkan penjelasan tentang kasus yang sedang diselidiki. Jika dirasa perlu, Komisi dapat membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa Anggota Komisi.

Penjelasan lebih lanjut hal ini bisa teman-teman dapatkan di Buku Parlemen Untuk Pemula. Klik  edisi pdf

Anggota parlemen juga memiliki kewajiban untuk menjalankan fungsi refresentasi (perwakilan), dimana ia memfasilitasi warga dan pemerintah atau pihak lain untuk menyelesaikan persoalan, konflik, atau membangun relasi positif. 

Pertanyaannya, persoalan apa sih yang relevan kita sampaikan ke parlemen? 

Ketiga, Perspektif Terhadap Konstituen

Ada satu yang penting bagi anggota parlemen dan yang mau jadi caleg, nih. Konstituen seharusnya  kita pandang sebagai manusia secara utuh. Kebutuhan mereka tidak hanya fisiologis atau materi, tetapi juga ada kebutuhan untuk dihargai dan beraktualiasi. Karena itu, kalau nanti jadi anggota parlemen, hubungan dengan konstituenmu jangan cuma karena program, ya.

Nah, ayo, ayo bersilaturrahmi ke konstituen kita...

Bersama Ibu-Ibu Aisyiah Kedurang Bengkulu. "Senyumnya Bu.. Ting!"

Ok? Jadi, jangan ada lagi  yang bilang gini: "Aduh, gimana ya,  gak ada program nih, nanti mereka minta bantuan, ngajuin proposal, aduh,"  Tapi kan konstituennya.. apa ngerti? Karena itulah diperlukan pendidikan politik dan introspeksi perilaku kita juga donk.


Sekali lagi, hubungan kita dengan konstituen jangan cuma relasi program.






Karena itu, kalau teman-teman jadi anggota parlemen, jangan sombong ya, jauh dari konstituen, atau bahkan menghindar.

Btw, kalau nanti jadi anggota parlemen, bisa kan membedakan mana konstituen yang sesungguhnya dan mana calo? Nah, kalau ada suka ngomong gini,  "Saya punya massa besar, ibu tenang aja, tapi mohon bantuan untuk biaya komunikasi," Sudahlah, kalau yang kayak gitu, dijelasin aja baik-baik, terus fokuslah pada konstituen kita yang sesungguhnya.

Keempat, Perspektif Terhadap Anggota Parlemen

Perspektif di atas, seharusnya dapat menyadarkan kita sebagai konstituen bahwa hubungan waga dan anggota tidak harus berdasar program atau uang. "Sedikit-sedikit minta uang, minta uang kok sedikit-sedikit" Hehe. Anggota parlemen adalah wakil kita yang memiliki kewajiban untuk memfasilitasi persoalan yang dihadapi.

Ingat lho, memfasilitasi. Jadi, kalau ada yang tidak mampu kuliah karena biaya mahal. Maka, sampaikan ke anggota parlemen, untuk dicarikan solusinya. Bisa jadi anggota akan menyampaikan hal ini ke Dinas terkait, ke kampus bersangkutan, ke perusahaan, atau ke pihak-pihak yang memiliki program beasiswa. Bukan minta uang ke anggota parlemen, karena mereka tidak memiliki anggaran untuk itu.

Kalau anggotanya mau ngasih secara pribadi? Ya, itu sifatnya sukarela. Tapi kalau tidak, jangan marah ya. Tugas mereka adalah memfasilitasi.

Selanjutnya, anggota DPR bukan pihak yang melaksanakan sebuah kebijakan. Tugas mereka mengusulkan, mengawasi pelaksanaan, dan melakukan evaluasi sesuai dengan tingkatannya. (kab/kota, provinsi, nasional). Jadi, kalau ada persoalan, jangan melakukan tindakan anarkis kepada anggota Dewan. Misalnya: mobilnya dirusak. "Kalau gitu, anarkisnya ke siapa donk," Hehe, ya janganlah. Kepada siapapun, tidak boleh. Justru persoalan itulah yang kita sampaikan kepada anggota parlemen sebagai bahan untuk melakukan fungsi pengawasan.

Kelima, Supporting System Parlemen 

Ini tak kalah menarik nih? Supporting system parlemen. Yang pengen tau bagaimana dukungan terhadap parlemen, bagaimana problemnya, dan yang mau jadi Tenaga Ahli. Ayo, simak data-data di bawah ini.




Jadi, supporting system parlemen itu ada di Anggota, di Fraksi dan di Alat Kelengkapan.  Ada yang berasal dari Setjend DPR, ada juga yang direkrut secara mandiri oleh DPR. Yang mau tau info lengkapnya, silakan hubungi dpr.go.id

Data-data di atas memberikan informasi bahwa anggota parlemen kita memiliki problem serius, yaitu minimnya dukungan tenaga ahli pada mereka, baik secara personal maupun kelembagaan. Inilah problem yang perlu segera diselesaikan. 

Keenam, Cara Berpartisipasi Ke Parlemen

Teman-teman, berpartisipasi ke parlemen itu, bisa disebabkan berbagai alasan.

1. Menyampaikan sebuah persoalan yang merupakan kepentingan pribadi atau komunitas tertentu.
2. Menyampaikan sikap kita atas sebuah persoalan. Misalnya rencana kenaikan BBM
3. Mengusulkan rancangan undang-undang

Ada yang mau menambahkan? Kalau sekadar jalan-jalan atau mau melihat-lihat bagaimana parlemen bersidang? Itu juga boleh, tapi namanya bukan partisipasi, ya wisata politik atau belajar-lah yang lebih tepatnya.   

Nah, bagaimana cara agar partisipasi kita tersalur secara efektif dan efisien? Berikut beberapa tips dari saya:

1. Upayakan memberi informasi secara utuh tentang apa yang ingin teman-teman sampaikan. Pake prinsip 5W1H. Apalagi kalau ada data-data, lebih bagus lagi
2. Cari anggota DPR yang berasal dapil tersebut, jika menyangkut persoalan di satu komunitas
3. Tentukan komisi apa di DPR yang terkait dengan persoalan tersebut
4. Cari partai/fraksi yang lebih relevan dengan issu tersebut. Tentu bisa saja satu persoalan teman-teman sampaikan kepada beberapa anggota parlemen. Ini bukan masalah.
5. Usahakan untuk bersinergi dengan anggota parlemen di tingkat kab/provinsi dan nasional, sehingga dorongannya lebih kuat.
6. Buat surat pembaca, buat release ke media, dan manfaatkan media sosial.
7. Jangan lupa untuk mengonfirmasi kepada Anggota bersangkutan secara berkala, melalui beragam jalur komunikasi (Telp, HP, email, twitter, fb, web, surat, dll)

Oya, mungkin teman-teman nanya, bagaimana jika calon pilihan kita gagal? Apakah kepentingan kita bisa diperjuangkan melalui anggota DPR lain? Bisa. Ketika seseorang terpilih menjadi anggota DPR, maka dia menjadi wakil dari seluruh masyarakat di dapil tersebut. Karena itu, tidak benar jika si A yang terpilih mewakili daerahmu, tidak memperhatikan kepentinganmu hanya karena kamu bukan pemilihnya. Maka jangan pernah ragu untuk menyalurkan aspirasimu pada anggota DPR yang mewakili daerah pemilihanmu, siapapun itu.

"Berarti saya boleh menyampaikan aspirasi saya ke Ibu Dewi? Tapi saya gak milih Ibu dulu...," Nah, ketahuan deh. Hehe.. Ya, gpp. Silakan sampaikan di kolom  "Tulis Aspirasi"

Yang pengen dapat materi workshop, termasuk e-book, magang di parlemen, silakan tulis nama, email, no HP, pada kolom di bawah ini.

Semoga bermanfaat.

Serunya Bikin Partai

Saya bersama peserta workshop, antri ya...
Karena sesinya pengenalan partai politik, saya menyempatkan diri berphoto bersama pengurus partai. Hehehe, bukan mereka bukan pengurus partai. Becanda, becanda, becanda! Mereka adalah mahasiswa peserta Workshop Pengenalan Parlemen Untuk Pemula. Ya, almamaternya sih mirip warna PPP atau PKB. Tapi serius ini adalah peserta workshop. Kalau soal gaya, hmm bolehlah, sudah mantap untuk jadi caleg :)

Ada tiga tahap proses pengenalan partai politik dalam workshop ini.

Pertama: Pemetaan persepsi terhadap partai politik
Kedua: Penjelasan dan diskusi tentang partai politik
Ketiga: Simulasi

Yuk, kita bahas satu per satu

Pertama: Pemetaan persepsi terhadap partai politik

Seperti biasa, negatif selalu mendominasi persepsi peserta. Nah, ada satu kata yang cukup menarik perhatian. Coba cari, tulisannya yang paling kecil. Ketemu? Aha! Ya, kekuasaan. "Kekuasaan", kata itu tertulis di kertas metaplan. Terselip di antara sejumlah persepsi negatif tentang partai politik. Yup, peserta workshop menempatkannya dalam kategori negatif.

Persepsi peserta tehadap partai politik

Kata kekuasaan sejatinya netral. Tetapi pengalamanlah yang menyemayamkan rasa negatif itu di alam bawah sadar kita. Dalam bahasa Indonesia, kata yang mengalami degradasi nilai ini disebut kata bermakna peyoratif. Masih ingatkan, pelajaran kelas IV SD? Lupa. Serius? Cara pengajarannya mungkin gak attraktif. Beda donk dengan workshop pengenalan parlemen untuk pemula, 100 % full fun!

Namanya persepsi, itu adalah hak peserta. Jadi, jangan takut untuk menuliskan apa saja. Ayo, ayo, ayo!

Peserta membacakan persepsi mereka

Kedua, ceramah dan diskusi tentang partai politik

Apa saja dibahas terkait partai politik dalam workshop ini?

Saya menjelaskan tentang fungsi partai politik

Pilihlah partai saya? Oh, sama sekali tidak. Ini bukan ajang kampanye, tapi wadah pendidikan politik. Kalau mau memilih, ya itu hak Anda. Masa' saya larang-larang, hehe.

Ok, kembali ke jalan yang benar. Apa yang dipelajari? Pertama, definisi. Ada berbagai definisi dari para pakar maupun menurut undang-undang. Dari semua itu, unsur utama dari partai politik adalah kekuasaan. Jadi, partai politik memang diciptakan untuk meraih kekuasaan (secara konstitusional). Kalau sekadar cari teman banyak, gabung aja ke komunitas jantung sehat atau komunitas supporter PS Bengkulu. :) Apa kabar tim kesayangan kita itu?

Kedua, fungsi. Secara teori, minimal ada 4 fungsi partai politik. Googling aja ya. Nah, daripada berteori, coba teman-teman sebutkan apa saja manfaat keberadaan partai politik, yang kalian rasakan atau lihat sendiri.

Mungkin di bawah ini salah satunya.

1. Bagi-bagi sembako
2. Pengobatan gratis
3. Penyedia jasa ambulans
4. Bagi-bagi duit
5. Menyampaikan informasi melalui spanduk-spanduk
6. Menyediakan kandidat calon presiden, gubernur, walikota, bupati, dan caleg
7. Ngajak gabung dalam kegiatan partai dan jadi anggota

Jenis kegiatan seperti pada nomor 1 sd 3 (Bagi-bagi sembako, pengobatan gratis, penyedia jasa ambulans) atau sejenisnya, bukanlah fungsi partai politik. Itu merupakan nilai tambah, jika landasannya adalah ketulusan & keinginan berbagi dengan sesama. Sementara dalam ilmu branding, ia biasa disebut sebagai kegiatan pencitraan berbasis public relation. 

Bagaimana dengan kegiatan nomor 4 (bagi-bagi duit)? Lagi-lagi bukan fungsi partai politik. "Kalau pimpinannya bagi-bagi zakat?" Ok-lah, tapi yang ikhlas donk, gak  pake "udang" di balik uang. Nah, yang gak pas, tapi justru kadang dinikmati sebagian masyarakat adalah bagi duit menjelang pilkada. Jelas, itu money politics. Ingat, tidak ada partai yang merestui perilaku kandidatnya yang seperti ini, itu oknum.

Workshop, bagian dari pendidikan politik
Kegiatan nomor 5 (Menyampaikan informasi melalui spanduk-spanduk), salah satu jenis komunikasi politik. Ini fungsi partai politik. Partai menjadi perantara yang menyampaikan program partai itu sendiri, program parlemen, atau pemerintah kepada konstituen, dan sebaliknya. Misalnya, bunyi spanduknya begini: "Segera Dapatkan Kartu Bengkulu Sehat Tanpa Syarat. Manfaatkan Untuk Berobat Gratis di Seluruh Puskesmas". Ini program pemerintah. Partai politik dapat membantu mensosialisasikannya ke konstituen mereka. Ok? Bagaimana kalau spanduknya buuesar sekali, terus kalimatnya: Selamat Idul Fitri 1434 H. Mohon Maaf Lahir & Bathin. Hehe, yang kayak gini yang jawab aja dalam hati, "Saya maafkan," :)

Kegiatan nomor 6 (Menyediakan kandidat calon presiden, gubernur, walikota, bupati, dan caleg), itu merupakan salah satu fungsi partai politik. Tugas kita adalah memastikan bahwa kandidat yang diusung oleh partai tersebut benar-benar berintegritas, komitmen pada warga di daerah kita, dan memiliki kapasitas. Caranya? Gampang! Lihat track recordnya.

Kegiatan nomor 7 (Ngajak gabung dalam kegiatan partai dan jadi anggota), juga merupakan fungsi partai politik. Biasanya disebut fungsi rekutmen dan kaderisasi. Ada satu hal yang kerap merusak fungsi ini di partai, yaitu contoh perilaku orang-orang di atasnya atau para seniornya. Ini serius, kader yang militan itu bergerak atas dasar ideologi partai, tak terpengaruh pada perilaku orang lain, juga tidak menjadi loyalist atau evangelist pada satu individu tertentu. Dan masih ada fungsi-fungsi partai lainnya, seperti manajemen konflik.

Hal lain yang juga penting adalah bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan partai politik.

Bentuk-bentuk partisipasi politik

Tapi kita akan bahas ini lebih mendalam, di waktu yang akan datang ya. Ada yang penasaran, bagaimana kalau partai hanya fokus pada kekuasaan, tetapi fungsi-fungsi tadi tidak dilakukan?

Ya, karena itulah kita harus menjadi warga yang cerdas untuk memilih dan memilah. Jika partai abai pada fungsi itu, lihatlah pada individu anggotanya. Jika anggotanya juga abai, mungkin itu cuma oknum. Tapi jika semua anggotanya juga abai? Apa yang bisa diharapkan? Saatnya anda menentukan pilihan yang bertanggungjawab atau mengapa tidak teman-teman menjadi bagian dari partai politik itu sendiri. Tentu bukan untuk menambah masalah, namun menjadi solusi atas masalah yang ada.

Pertanyaan lain, sampaikan aja pada kolom komentar di bawah ini. "Dijawab ya Bu?" Iya, iya, insya Allah saya jawab. Ini kan juga bagian dari fungsi partai. Ayo fungsi apa? Fungsi pendidikan politik :)

Ketiga, simulasi pembentukan partai politik, kampanye, pemilu, dan penetapan hasil

Nah, ini yang paling seru. Peserta yang telah dibagi dalam enam kelompok tadi, diminta untuk membentuk partai politik (lengkap dengan visi-misi, logo, tagline, yel-yel). Lalu apa tugas mereka, selanjutnya?


Tujuan dari simulasi ini adalah:

1. Peserta dapat merasakan bagaimana proses pembentukan partai politik
2. Peserta memahami proses dalam tahapan-tahapan pemilu
3. Peserta dapat merasakan bagaimana suasana kompetisi partai dalam proses pemilu
4. Peserta dapat mereflesikan/mengambil pembelajaran terhadap realitas partai politik yang tergambar selama simulasi.

Yuk, kita lihat dulu, serunya simulasi peserta...

 
  

"Apa nih, visi-misi partai kita?" Sesuaikan dengan ideologi ya....
Setelah membentuk partai politik, peserta kemudian memulai kampanye menyampaikan visi-misi, dan program. Yang gak kalah seru, yel-yelnya itu lho... Hehe, ada yang narsis abis, terus sampai merendahkan partai lain segala. Tapi, sesuai gak ya, semua itu dengan ideologi partai mereka?

Ideologi itu secara sederhana menggambarkan kondisi apa yang diinginkan partai pada suatu saat nanti, baik terhadap kondisi partai (biasa disebut visi internal), maupun terhadap daerah yang diperjuangkannya. Misalnya, pada tahun kelima, kami menginginkan Bengkulu menjadi provinsi yang .... Ini biasa disebut visi eksternal. Selain itu, ideologi juga menggambarkan misi partai, program dan pilihan konstituen, yang menjadi prioritas mereka.

Sekarang, kita lihat aksi mereka saat kampanye.


Ssstt, tau gak siapa MC-nya saat kampaye? Itu saya :)

Wah, meriahnya gak kalah dengan partai-partai beneran. Programnya? Ya, mirip juga. Lalu apa bedanya? Hmm, nanti dulu ya jawabannya. Kan belum masuk sesi refleksi? Hehe..

Setelah 6 partai berkampanye, selanjutnya, pengajuan calon walikota-wakil walikota. Mereka boleh diajukan oleh satu partai atau gabungan partai.

Dan akhirnya, dari 6 partai yang ada, terpilihlah dua pasang calon.

Pasangan Calon Walikota-Wakil Walikota I (Disusung 4 partai)

Pasangan Calon Walikota-Calon Walikota II (Diusung 4 partai)
Pengambilan Nomor Urut Pasangan

Ok, yang mau komentar silakan aja. Bagaimana, sudah pas gak, jadi walikota Bengkulu? Hehe.

Ok. next event is debat kandidat. Setiap pasangan disodori satu pertanyaan yang sama:

"Apa yang akan Saudara lakukan terhadap objek wisata pantai panjang Bengkulu yang saat ini mulai berubah fungsi menjadi tempat xxx ?
Aksi Satpol PP menertibkan warung remang-remang di Pantai Panjang Bengkulu

Apa jawab mereka?

Penasaran ya. Tunggu dulu. Sebelumnya saya perlu jelasin, kalau gambar Satpol menertibkan warung remang-remang di atas itu, bukan simulasi, itu beneran. Ada komentar? Ya, silakan.

Saya lanjutkan lagi, soal jawaban calon walikota. Pasangan nomor urut I, diusung oleh partai-partai nasional religius ngasih jawaban gini: "Kami akan berantas kemaksiatan. Pantai panjang harus kembali pada fungsinya sebagai objek wisata,"

Sementara pasangan nomor urut II, mengatakan, "Pantai panjang harus tetap dipertahankan, karena menjadi sumber penghidupan banyak warga,"

Setelah masuk sesi tanya jawab antar kandidat, ternyata nyambung tuh dua pasangan. Mereka sama-sama ingin mempertahankan Pantai Panjang sebagai objek wisata. Sedangkan perilaku negatif yang terjadi di sana, harus dihentikan. Jadi, apa bedanya? Simple saja, pilihan penekanan issu dan bahasa.

Pasangan I, karena diusung partai-partai religius, maka titik tekan dan pilihan bahasanya adalah menghapus kemaksiatan. Sebuah istilah yang mencerminkan visi partai.  Sementara pasangan II, yang diusung partai-partai sekuler, memilih "Mempertahankan pantai panjang, karena menjadi sumber penghasilan warga," Sebenarnya maksudnya sama, tetapi untuk menciptakan differensiasi, pilihan kalimat itu sangat tepat. 

Jadi? Cukup bagus.

Pemilihan

Tiba saatnya pemilihan....

Karena waktu yang terbatas, saya meminta peserta untuk melakukan pemilihan secara terbuka. "Semua peserta bebas memilih. Pilihanmu boleh berbeda dengan keputusan partai," begitu instruksi saya berkali-kali lho.

Hasilnya?

Tak disangka. Mereka solid. Kok bisa? Entah! Akhirnya yang menang calon yang diusung 4 partai. Selamat ya :). Eh, maaf, Bapak Walikota yang memberikan pidato kemenangan lupa difoto! Hehe.

Refleksi

Di balik serunya simulasi ini, ada beberapa hal yang patut direfleksikan:

1. Pembentukan partai politik

Partai politik perlu memiliki kejelasan ideologi. Inilah yang menjadi landasan geraknya. Fasilitator memberikan ideologi yang berbeda-beda pada keenam partai, untuk menghidupkan suasana dan menarik lebih banyak pembelajaran. Seandainya sama, bisa kurang seru karena perbedaan satu sama lain potensial tidak terjadi. Jika pun semua ideologi sama, partai perlu membedakan diri dengan partai lainnya dalam hal program. Kalau program ternyata sama, partai harus membedakan dengan "menjual" integritas, komitmen, dan kapasitas calon-calon yang mereka usung. Eh, ingat gak, yang terakhir ini dilakukan oleh beberapa partai saat kampanye. Mereka memperkenalkan siapa ketua dan biodata singkatnya.


2. Proses dalam tahapan-tahapan pemilu

Dengan simulasi ini, peserta memahami tahapan-tahapan pemilukada secara umum. Pelajaran apa yang dapat dipetik? Partai berpotensi terjebak dalam lingkaran demokrasi prosedural. Yang namanya lingkaran, ya berputar di situ-situ aja. Dari pemilu ke pemilu berikutnya, sibuk menentukan caleg, calwakot, cagub, dst. Dalam lingkaran kesibukan ini, ada hal penting yang potensial terabaikan oleh partai, yaitu kaderisasi internal dan pendidikan politik bagi warga. Pendidikan politik, kegiatannya antara lain seperti yang kita lakukan dalam workshop ini, memahamkan apa itu partai politik, pemilu, parlemen, fungsinya, serta bagaimana berpartisipasi.  

3. Suasana kompetisi partai

Sadar atau tidak, suana kompetisi antar kelompok yang teman-teman praktikkan itu, hampir sama dengan apa yang terjadi di dunia politik sesungguhnya. Ketika suara menjadi faktor penentu utama, kadangkala terjadi kompetisi tidak sehat bagi partai dan warga namun dimaklumi bersama. Misalnya politik uang, koalisi tanpa memperhatikan ideologi atau visi, lebih suka menjelek-jelekkan partai lain ketimbang menonjolkan kelebihan partainya, berupaya mempengaruhi pemilih dengan cara-cara yang tidak tepat. Kalau disimulasi ini, misalnya dengan kenceng-kencengan suara saat yel-yel, pada praktik sungguhan, misalnya dengan survey pesanan, supaya calonnya terlihat dapat dukungan luas, dll.


4. Kontribusi kita?

Nah, dari berbagai refleksi yang masih bisa ditambah itu, apa yang bisa kita lakukan?

Pertama, ikut memberikan saran dalam perbaikan sistem dan regulasi di partai politik, pemilu, dan parlemen.

Kedua, ikut berpartisipasi dalam partai politik untuk tujuan yang benar.

Ketiga, menjauhi praktik politik yang tak sehat selama ini, misalnya memilih karena uang atau ikut-ikutan semata.

Keempat, mempersiapkan diri dengan menjaga integritas sejak dini dan belajar yang serius untuk membangun profesionalitas dalam satu bidang tertentu. Misalnya, saya sebagai politisi dan juga profesional di bidang dokter hewan. Seorang anggota parlemen, perlu memiliki keahlian dalam issu tertentu untuk mendukung tugas-tugasnya dan memudahkan fraksi menempatkannya di Komisi yang sesuai. Jadi, kalau dokter hewan, memang pas di Komisi IV. Betul tidak? ;)

Kelima, ikut menjadi bagian komunitas yang membangun perspektif baru tentang politik yang benar. Komunitas itu bisa berupa BEM kampus, organisasi ekstra, atau di Dewi Coryati Center :)

Last but not least, DCC sendiri saya dirikan sebagai bagian dari upaya memassifkan pendidikan politik. Menurut saya, ini kewajiban anggota partai dan anggota parlemen. That's the point!


Semoga bermanfaat.

Tetap semangat teman-teman


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code