"Pemetaan Persepsi", itulah agenda penting di awal
Workshop Pengenalan Parlemen Untuk Pemula. Memetakan persepsi ini
penting untuk dua tujuan.
Pertama, menggali apa sebenarnya yang ada dalam alam bawah sadar peserta tentang partai politik dan parlemen. Kedua, sebagai bahan refleksi setelah melewati simulasi. Dengan refleksi ini, kita akan mengetahui, ternyata apa yang kita persepsikan bahwa partai dan parlemen itu: ....., ....., ...., juga kita praktikkan pada saat simulai. Nah, tantangannya apa yang bisa kita lakukan bersama untuk memperbaikinya.
Sebelum berlanjut, kayaknya penting untuk dibahas dulu apa itu Parlemen Untuk Pemula? Ya, tepatnya Workshop Pengenalan Parlemen Untuk Pemula. Pemula di sini, mengandung dua konotasi. Pertama, pemula dalam hal usia. Kedua, pemula dalam hal pengetahuan terhadap parlemen.
Anyway, jangan tersinggung ya. Kalau di sejumlah negara, pemula itu memang benar-benar anak-anak SD sampai SMA. Kalau di sini? Kita memulainya dari para mahasiswa. Wah, ketinggalan amat ya? Gak juga dan kita semua perlu memahami kondisi ini. Inilah dampak dari pengabaian pendidikan politik di sekolah.
Kita kembali ke soal persepsi. Kamu sendiri bagaimana? Boleh ya, saya ajak juga pembaca untuk brainstorming sebentar. Tolong jawab pertanyaan ini. Kalau kamu mendengar partai dan parlemen, apa yang terlintas dalam benakmu? Kampanye, pemilu, persaingan, uang, kotor, dan lain-lain. Tambah sendiri deh.
Jika dalam alam bawah sadar yang menentukan 80 persen tindakan kita tersebut, bersemayam persepsi demikian, lalu bisa diperkirakan apa yang terjadi?
Pertama, menjadi anggota parlemen jauh dari cita-cita. Itulah hasil survey Metro TV tahun 2010 lalu. Dari 10 besar cita-cita anak Indonesia, menjadi anggota parlemen tak masuk di dalamnya.
Kedua, para orang tua juga enggan anaknya menjadi anggota parlemen. Nah, itulah hasil survey Kompas pada tahun 2012 lalu. Hampir 60 persen dari 1200 responden menyatakan tidak ingin anaknya menjadi anggota parlemen. Bagaimana dengan hasil pemetaan persepsi dalam dua workshop ini? Ternyata hasilnya sama. Mayoritas mereka berpandangan negatif terhadap partai politik dan parlemen.
Semoga teman-teman sepakat. Sebenarnya, politik itu bersih lho, bahkan Aristoteles mengatakan, politik itu hulu dari kebaikan sebuah negara. Kalau politiknya baik maka, baiklah negara tersebut. Nah, jika sekarang politik itu menjadi kotor, itu karena perilaku oknumnya. Dan kita menjadi konsumen atas perilaku mereka. Mengapa kita berdiam? Yuk, mulai membangun persepsi yang benar tentang politik.Bahwa politik itu adalah aktivitas melayani kepentingan publik melalui kekuasaan yang kita raih dengan bermartabat.
Persepsi Peserta Terhadap Partai dan Parlemen |
Peserta Sedang Menempel Metaplan Persepsi |
Anyway, jangan tersinggung ya. Kalau di sejumlah negara, pemula itu memang benar-benar anak-anak SD sampai SMA. Kalau di sini? Kita memulainya dari para mahasiswa. Wah, ketinggalan amat ya? Gak juga dan kita semua perlu memahami kondisi ini. Inilah dampak dari pengabaian pendidikan politik di sekolah.
Kita kembali ke soal persepsi. Kamu sendiri bagaimana? Boleh ya, saya ajak juga pembaca untuk brainstorming sebentar. Tolong jawab pertanyaan ini. Kalau kamu mendengar partai dan parlemen, apa yang terlintas dalam benakmu? Kampanye, pemilu, persaingan, uang, kotor, dan lain-lain. Tambah sendiri deh.
Jika dalam alam bawah sadar yang menentukan 80 persen tindakan kita tersebut, bersemayam persepsi demikian, lalu bisa diperkirakan apa yang terjadi?
Pertama, menjadi anggota parlemen jauh dari cita-cita. Itulah hasil survey Metro TV tahun 2010 lalu. Dari 10 besar cita-cita anak Indonesia, menjadi anggota parlemen tak masuk di dalamnya.
Kedua, para orang tua juga enggan anaknya menjadi anggota parlemen. Nah, itulah hasil survey Kompas pada tahun 2012 lalu. Hampir 60 persen dari 1200 responden menyatakan tidak ingin anaknya menjadi anggota parlemen. Bagaimana dengan hasil pemetaan persepsi dalam dua workshop ini? Ternyata hasilnya sama. Mayoritas mereka berpandangan negatif terhadap partai politik dan parlemen.
Semoga teman-teman sepakat. Sebenarnya, politik itu bersih lho, bahkan Aristoteles mengatakan, politik itu hulu dari kebaikan sebuah negara. Kalau politiknya baik maka, baiklah negara tersebut. Nah, jika sekarang politik itu menjadi kotor, itu karena perilaku oknumnya. Dan kita menjadi konsumen atas perilaku mereka. Mengapa kita berdiam? Yuk, mulai membangun persepsi yang benar tentang politik.Bahwa politik itu adalah aktivitas melayani kepentingan publik melalui kekuasaan yang kita raih dengan bermartabat.
0 komentar:
Posting Komentar